Senin, 28 Januari 2019

JANGAN LUPA BAHAGIA


Jangan lupa bahagia dalam kondisi apa pun....

Mindset sederhana diucapkan, namun butuh usaha sepenuh hati untuk mewujudkannya.

Nerimo dan bahagia..

Dua hikmah terbesar dalam hidup yang saya dapat dari saudara dan sahabat tersayang: Natalia Intan Pratiwi.

Kisahnya berjuang menerima dan menghadapi kanker menjadi salah satu inspirasi terbesar bagi saya, selamanya...

Mbak Intan, saya biasa menyebutnya, sejak dulu adalah pelaku hidup sehat dan seimbang. Mengadopsi pola makan sangat sehat, olahraga teratur... Bahkan pare pahit pun di-jus atau dilahapnya mentah-mentah...

Hingga suatu ketika takdir hidup memaksanya hengkang dari kampung halaman untuk bermukim di pinggiran Jakarta. Kesedihan tak berujung karena tercerabut dari akar kampung halaman membuatnya menangis setiap hari di tanah rantau. Lebih dari setahun tangisnya tak jua mereda, merindukan tanah kelahiran.



Hingga berbagai gejala penyakit mulai dirasa. Melalui berbagai observasi laboratorium dan pemeriksaan, akhirnya tegaklah diagnosa kanker ginjal, membuat beliau harus merelakan satu ginjalnya diangkat.

Dengan perilaku hidup sehat yang selama ini dilakoni, tentu mengejutkan baginya terserang penyakit tersebut. Usut punya usut, para dokter dengan detil menanyakan berbagai hal. Hingga didapat kesimpulan medis. Kesedihan berkepanjangan lah pemicunya.
Karena terus merasa sedih, maka hormon endorfin di otak tak berproduksi. 

Akibatnya, seluruh tubuh berada dalam kondisi asam. Hingga rentan menjadi sarang penyakit.
Dan ndilalahnya, ginjal Mbak Intan yang terserang.

Tak cukup disitu, karena ginjal memproduksi darah yang menyebar ke seluruh tubuh, maka sel kanker pun lebih mudah terbawa dan ikut menyebar ke bagian tubuh yang lain. Ke otak, ke syaraf, ke paru. 
Dan saya sempat menjadi saksi, betapa Mbak Intan terus berjuang menikmati dan menjalani seluruh proses pengobatan tanpa menyerah, tanpa mengeluh,,
Berdoa, berjuang dan tawakal..
Ber-huznudzon akan keajaiban dan kuasa Allah.


Saat Mbak Intan sedang ingin tampil cantik di tengah sakit, dan meminta saya untuk 'make over' beliau

Terlihat jelas perjuangannya menahan sakit demi bertahan di posisi duduk tegak saat kerabat mengunjungi.
Beliau tetap mengupayakan silaturahim di dunia maya, walau mata tak mampu lagi menghalau perih radiasi 'screen' telepon pintar.
Tetap menjadi guru hebat bagi keempat anaknya yang diajarnya sendiri dengan sistem 'homeschooling'

Tetap aktif bergerak dalam berbagai komunitas.
Kediamannya seringkali jadi 'basecamp' komunitas kami berkumpul.
Satu kalimat beliau yang tak terlupa: "jangan lupa bahagia mbak Puri,, nerimo dan bahagia.. Ojok koyok aku.. Kita ini harus selalu berusaha untuk bisa bahagia."

Tadi malam..
Senin, 28 Januari 2019 pukul 23.30
Akhirnya Mbak Intan berpulang ke asalnya.
Bukan karena beliau menyerah..
Tapi karena tugasnya telah tertunaikan.
Saya menangis..
Saya kehilangan..
Sangat...

Mbak Intan tak pernah membicarakan hal yang negatif, terutama tentang orang lain.
Tak pernah menggurui, bertutur menasehati, atau memberikan wejangan kata-kata bijak.
Tapi semua perilaku menjadi petuah untuk saya. Menjadi nasehat abadi tanpa kata. Dan sosoknya menjadi guru penting dalam hidup saya. Kisahnya menjadi salah satu penguat bagi saya... 

Wahai dunia,
Kau boleh jatuhkan aku,  dan ku akan bangkit berlari,
Kau bisa hentikan langkahku, maka ku akan temukan setapak memutar

Hei dunia,
Silahkan kirim aku ke gunung,
Ke hutan, ke lautan,
Bahkan gurun,

Aku mungkin tak kan melawan,
Aku bisa jadi hanya diam menerima,
Tapi aku tak akan menjadi martir,
Aku menolak menjadi korban dari keadaan,

Sekalipun hembusan amarah dan sedih melingkupi,
Kan selalu ku cari jalan untuk BERSYUKUR,
Hingga dapat ku NIKMATI duka dan tantangan,
Agar aku tak pernah berhenti atau terlupa untuk merasa BAHAGIA,
dalam kebahagiaan yang sejati...


deep condolence
di tengah gerimis nan romantis
29.01.2019
Load disqus comments

7 komentar

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.