Kamis, 03 Desember 2020

PAKAI BATIK TULIS, ANGKAT PERAN SOSIAL EKONOMIS PEREMPUAN

Cakupan Kekerasan Berbasis Gender


Berbicara tentang Kekerasan Berbasis Gender, tentunya tak lepas dari sosok kaum perempuan yang kerap menjadi pihak marjinal. Selama ini, kebanyakan menganggap bahwa kekerasan berbasis gender terhadap perempuan hanya meliputi tindak kekerasan seksual, dan kekerasan fisik. Namun ternyata menurut Maria Ulfah Anshor dari Komisioner Komnas Perempuan dalam sesi webinar Anti Kekerasan Berbasis Gender, definisi cakupan kekerasan berbasis gender pada perempuan juga meliputi kekerasan psikis, kekerasan sosial dan kekerasan ekonomi.



Dalam kultur masyarakat patriarki kita, kekerasan sosial dan ekonomi pada perempuan justru sering sekali terjadi. Berwujud pembatasan ruang gerak perempuan, terutama yang berstatus istri. Juga termasuk di dalamnya adalah terbatasnya ruang gerak perempuan untuk mandiri secara ekonomi. Padahal di sisi lain, perempuan yang tak menghasilkan nafkah sendiri pun kerap dilecehkan oleh keluarga suami, karena dianggap sebagai benalu.


Batik Tulis dan Perempuan

Selama berabad-abad, sesungguhnya bangsa kita memiliki budaya kearifan lokal yang cukup mampu mengangkat peran sosial dan ekonomis perempuan. Batik tulis, adalah salah satu kearifan lokal bangsa Indonesia yang sarat makna dan keindahan. Cara pembuatan batik tulis yang rumit bahkan diakui para pemerhati fashion dunia sebagai rangkaian proses yang sangat mahal harganya. Proses pembuatan batik tulis ini bahkan sudah diakui sebagai warisan dunia non bendawi.

Batik tulis identik dengan perempuan. Awalnya, hanya perempuan bangsawan dan priyayi yang memiliki keterampilan membatik ini sebagai wujud aktualisasi diri, ungkapan jiwa seni dan pemenuhan kebutuhan batin untuk menyalurkan hobi. 

Perajin batik perempuan-www.google.com


Seiring waktu, keterampilan membatik meluas pada rakyat jelata yang kemudian berkembang menjadi sumber pemasukan bagi kaum perempuan. Perempuan di luar tembok keraton membuat batik tulis untuk mendapatkan penghasilan mandiri. Saat membuat batik pun, para perempuan ini kerap berkumpul bersama, sehingga proses pembuatan batik menjadi wujud sosialisasi produktif.


Tulis, Cap dan Print

Pamor batik tulis kini kian menurun dengan hadirnya batik cap dan batik printing. Anggapan umum yang menilai harga batik tulis sangat mahal, membuat batik cap dan batik printing dipandang sebagai solusi bagi penikmat batik dengan anggaran terbatas.

Pembuatan batik cap oleh kaum pria - detiktravel.com


Mesin printing batik-www.google.com


Namun tahukah, bahwa dengan membeli batik tulis berarti kita telah memberikan dukungan pada gerakan anti kekerasan berbasis gender?


Pewarnaan batik tulis oleh kaum pria-www.google.com


Hingga kini, batik tulis tetap diproduksi oleh kaum perempuan dalam proses melukis motif, dibantu tenaga pria saat proses pewarnaan. Sementara proses pembuatan batik cap lebih didominasi para pria. Sedangkan batik printing menggunakan mesin berteknologi yang cenderung menguntungkan kaum kapitalis.

Dengan setia membeli batik tulis, berarti kita memberi peluang para perempuan pembatik untuk dapat bersosialisasi lebih luas dan berdaya secara ekonomi. 


Batik Tulis Mahal?

Batik tulis identik dengan kerumitan corak yang kemudian berimbas pada harga yang tidak murah. Anggapan ini tidak sepenuhnya salah. Namun kini para perajin batik tulis pun melakukan beragam inovasi agar biaya produksi dapat ditekan. 

Foto koleksi www.tokopedia.com


Antara lain dengan merancang motif-motif batik yang lebih sederhana, dengan variasi warna cukup dua atau tiga macam warna dalam sehelai kain. Ide ini dapat memangkas tenaga dan durasi waktu pembuatan sehingga harga jual batik tulis pun lebih murah.

Batik tulis Garut koleksi pribadi

Batik tulis Papua koleksi pribadi


Motif minimalis ini juga terkesan lebih modern dan lebih mudah disukai oleh generasi milenial.

Karena itu, saya setia membeli batik tulis, sebagai salah satu bentuk dukungan bagi gerakan Anti Kekerasan Berbasis Gender.

Load disqus comments

0 komentar

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.