LOKASI: MARKAS BESAR ANTI PENYAKIT - DIVISI PASUKAN KHUSUS VAKSIN.
Di salah satu sudut tubuh Ayman
Pukul delapan empat lima.
Marsekal Imun bergegas menuju Ruang Konferensi (RK). Lima belas menit lagi akan diadakan rapat koordinasi darurat sesuai perintah Panglima Besar Jenderal Korteks Prefrontal Dorsolateral, atau yang lebih sering disebut dengan Jenderal KPD.
Pukul sembilan kosong kosong.
Marsekal Imun menatap beberapa layar video konferensi yang sudah menyala di dalam RK. Tampak Jenderal KPD di salah satu layar. Ada juga Intel Mata, Intel Telinga, Pusat Informasi dan Neuron di empat layar yang lain.
Jenderal KPD membuka rapat.
“Kita berembuk disini karena ada situasi darurat kesehatan yang perlu diantisipasi di luar sana. Silahkan Intel mata dan telinga memaparkan situasinya.”
Intel mata dan telinga pun menjelaskan,
“Saat ini sedang terjadi wabah penyakit difteri di Indonesia. Pasien difteri meningkat di beberapa provinsi. Bahkan sudah jatuh korban jiwa. Terbanyak menyerang anak di bawah usia 15 tahun.”
“Difteri??!! Tapi bagaimana mungkin? Bukankah penyakit itu sudah ada vaksinnya dan seharusnya sudah punah sejak belasan tahun yang lalu?” tanya Marsekal Imun terkejut.
“Itulah pertanyaan besar yang sedang diselidiki para ilmuwan dan dokter. Ada kemungkinan bakteri difteri berkembang dan bermutasi menjadi lebih kuat.” jawab Intel Mata.
“Gejala umum penyakit difteri adalah demam tinggi hingga 38 derajat, munculnya selaput putih pada tenggorokan atau area dalam mulut, awalnya tampak seperti sariawan biasa. Lalu tenggorokan terasa sakit saat menelan, suara serak, kelenjar getah bening membesar serta dapat diikuti dengan sesak napas.” Pusat Informasi menambahkan.
“Penularan difteri dapat melalui udara yang terhirup, barang-barang yang digunakan bersama dengan penderita difteri, atau sentuhan langsung pada luka terbuka pasien difteri.” kata Intel Telinga.
Neuron melaporkan, “Alhamdulillah sampai saat ini belum tampak satu pun gejala tersebut di tubuh Ayman.”
Jenderal KPD berkata,” Kita harus mengantisipasi agar Ayman tidak terjangkit penyakit ini. Karena beresiko kematian. Marsekal Imun, bagaimana kesiapan pasukanmu menghadapi bakteri difteri?”
Marsekal Imun sejenak membuka data seluruh pasukan di bawah komandonya. Lalu mengernyit.
“Waduh sepertinya tidak terlalu bagus Jenderal.. Menurut catatan saya, pada Divisi Pasukan Khusus Vaksin hanya ada satu Kompi Difteri. Dan itu pun kebanyakan sudah hampir memasuki usia pensiun.”
“Apa??! Hanya satu kompi? Bagaimana bisa? Bukankah vaksin difteri seharusnya diberikan berulang kali?
Pusat informasi, coba panggil Lobus Temporalis kesini.” perintah Jenderal KPD
Tak lama, satu lagi layar menyala, menampilkan wujud Lobus Temporalis, pemegang arsip data memori jangka panjang.
“Temporalis… benarkah kita hanya memiliki satu kompi pasukan khusus difteri? Memangnya kapan terakhir kali Ayman mendapat vaksin difteri?” tanya Sang Jenderal.
Lobus Temporalis menjawab,” Benar Jenderal. Menurut aturan medis, seharusnya Ayman mendapat vaksin difteri 3x saat usia bayi, dan di ulang sekali lagi saat setelah usia 18 bulan. Dan seharusnya mendapat pengulangan vaksin sekali lagi saat sekolah dasar. Usia Ayman sekarang 13 tahun. Tapi terakhir kali Ayman mendapat vaksin difteri saat berusia 2 tahun. Di bangku SD Ayman tidak mendapat vaksin ulang, sebab saat kunjungan tim medis ke sekolah, Ayman sedang sakit demam.”
“Ealaaaaah…” Jenderal KPD menepuk jidat dengan prihatin.
“Baiklah… kalian semua, cari informasi sebanyak mungkin tentang kondisi di luar yang berkaitan dengan penyakit ini. Dan periksa semua persiapan yang kita punya untuk menghadapi difteri. Khusus Marsekal Imun, harap pikirkan strategi matang untuk antisipasi. 1x24 jam kita berkumpul lagi disini, tepat pukul sembilan kosong kosong besok. Sekarang rapat saya bubarkan!” titah Jenderal KPD
“Siap laksanakan, Jenderal!”
Dan satu per satu layar video konferensi pun mati.
Marsekal Imun masih terdiam di Ruang Konferensi, memikirkan strategi perang melawan ancaman hadirnya bakteri difteri. Sekian lama berpikir, kemudian Marsekal Imun menghubungi Laksamana Gizi, pemimpin markas besar Nutrisi.
~~~
L.O.K.A.S.I : MARKAS BESAR ANTI PENYAKIT - DIVISI PASUKAN KHUSUS VAKSIN
Di salah satu sudut tubuh Ayman
Ruang Konferensi
Pukul sembilan kosong kosong
RAPAT DARURAT HARI KEDUA
Lima layar di hadapan Marsekal Imun sudah menyala. Menampilkan kembali Panglima Besar Jenderal Korteks Prefrontal Dorsolateral, Intel Mata, Intel Telinga, Pusat Informasi dan Neuron.
Jenderal KPD membuka rapat, “Baik.. Segera laporkan informasi yang berhasil kalian himpun dalam 24 jam terakhir.”
Marsekal Imun menyela, “Mohon maaf Jenderal, sebelum kita melanjutkan, saya meminta izin untuk menyertakan Laksamana Gizi dari Markas Besar Nutrisi dalam rapat kali ini.”
“Ohya, sepertinya kita juga perlu mendengarkan keterangan dari Intel Kulit, Jenderal.” sahut Intel Mata
“Silahkan. Pusat informasi, segera hadirkan Laksamana Gizi dan Intel Kulit kemari!” perintaH Jenderal KPD
ZINGGG
Dua layar menyala. Dan muncullah sosok Laksamana Gizi dan Intel Kulit.
“Baik… Kita mulai sekarang. Laporkan situasinya. Intel Telinga, berita apa yang kau dapat?” tanya Jenderal KPD
“Siap Jenderal. Situasi tidak terlalu bagus Jenderal. Informasi yang saya dengar dari tante Ayman yang bekerja di salah satu rumah sakit mengatakan, bahwa di wilayah DKI Jakarta, angka tertinggi kasus difteri adalah di Jakarta Barat, wilayah domisili rumah Ayman. Dan ternyata di area kelurahan rumah Ayman sudah jatuh satu korban meninggal.” Intel Telinga melaporkan
“Waduh… ada info lain?” tanya Jenderal KPD
“Berita baiknya adalah, tujuh hari lagi akan ada petugas medis yang datang ke sekolah Ayman untuk melakukan suntik vaksin difteri.” kata Intel Mata.
“Dan berdasarkan catatan saya, Jenderal… dengan injeksi vaksin difteri itu nanti, kekuatan Pasukan Khusus Vaksin Difteri kita diperkirakan akan bertambah setidaknya 1 atau 2 batalyon, Jenderal.” Pusat Informasi melanjutkan
“Alhamdulillah... “ sahut Jenderal KPD, “Lalu strategi apa yang sudah kau rencanakan untuk situasi ini Marsekal Imun?”
“Siap Jenderal, untuk situasi ini, sementara menanti datangnya Batalyon Raider Difteri bergabung dengan divisi pasukan khusus vaksin kita, saya akan semaksimal mungkin mengaktifkan Divisi Kekebalan Alami dengan berkoordinasi dan bantuan tim dari Markas Besar Nutrisi di bawah komando Laksamana Gizi.” papar Marsekal Imun.
“Langkah awal, kami akan menjaga kondisi tubuh Ayman agar tetap stabil dan normal hingga hari pelaksanaan imunisasi di sekolah. Sehingga pada hari H, Ayman bisa hadir ke sekolah. Dan kondisi tubuhnya kondusif untuk menerima kedatangan Batalyon Raider Difteri.” Marsekal Imun melanjutkan.
“Saya akan mengerahkan seluruh kekuatan nutrisi, terutama Vitamin C dan air putih untuk membantu memaksimalkan kinerja Divisi Kekebalan Alami.” tambah Laksamana Gizi
“Kami juga berencana memaksimalkan kinerja Albumin sebagai persiapan menyambut kedatangan Batalyon Raider Difteri, agar kapsul plasma dapat bekerja dengan speed tercepat untuk untuk menerima dan mengangkut seluruh anggota Batalyon Difteri ke tempat tujuan mereka.” Laksamana Gizi melanjutkan
“Rencana bagus.. Apakah ada situasi lain yang perlu diwaspadai?” sahut Jenderal KPD
Intel Kulit menjelaskan bahwa, “Yang perlu diwaspadai adalah cuaca Jenderal. Saat ini bulan desember dan sudah memasuki musim dingin. Cukup mengkhawatirkan, sebab Ayman terdata rentan drop fisik di musim hujan sebab memiliki alergi pada cuaca dingin.”
“Tapi kita bisa cukup lega, karena Ayman bersekolah di sekolah full day dari pagi sampai sore. Dimana jumlah murid per kelas juga tidak terlalu banyak. Sehingga peluang Ayman berada di ranah publik tidak terlalu banyak. Ini cukup kondusif untuk memperkecil peluang Ayman tertular wabah difteri ini.” Pusat Informasi berkata.
Jenderal KPD terlihat berpikir sejenak. Sebelum berkata, “Kita akan pakai rencana Marsekal Imun dan Laksamana Gizi. Satu, aktifkan maksimal seluruh kekuatan Divisi Kekebalan Alami untuk menjaga kesehatan Ayman agar bisa mengikuti suntik vaksin difteri tujuh hari lagi.
Dua, ciptakan kondisi yang kondusif agar tubuh Ayman bisa menerima kehadiran Batalyon Raider Difteri dengan baik. Sehingga Batalyon Raider Difteri juga bisa terserap dan berfungsi dengan maksimal.”
Jenderal KPD melanjutkan, “Pusat informasi, simpan perintahku!”
“Siap laksanakan, Jenderal.” ucap Pusat Informasi
“Dan kau Neuron, segera koordinasikan sensorik dan motorik untuk:
1. Aktifkan tangan dan mulut selalu berdoa memohon pada Allah Pencipta Kita agar selalu diberi kesehatan yang barokah.
2. Aktifkan tangan untuk mengenakan masker setiap kali keluar rumah, sebagai antisipasi menghirup udara terkontaminasi bakteri.
3. Selalu menjaga kebersihan.
4. Meningkatkan asupan Vitamin C untuk optimalisasi kinerja Divisi Kekebalan Alami.
Lalu untuk persiapan infrastruktur menyambut Batalyon Raider Difteri, Neuron juga harus koordinasi sensorik dan motorik tangan dan mulut untuk menambah asupan protein.
Terutama telur dan ikan gabus, untuk meningkatkan kadar Albumin. Agar armada kapsul plasma dapat bekerja maksimal menampung dan mengangkut seluruh Batalyon Raider Difteri menuju lokasi tujuan.
Tingkatkan juga konsumsi air putih, agar saluran pembuluh darah bersih dari berbagai endapan. Sehingga kapsul plasma dapat meluncur mulus tanpa hambatan dalam peredaran darah.”
“Siap laksanakan, Jenderal.” kata Neuron
Dan titah terakhir Sang Jenderal adalah, “Kepada seluruh intel lima panca indera, tingkatkan kewaspadaan dan kepekaan. Jika ada sedikit saja gejala mencurigakan pada tubuh Ayman, segera laporkan ke Pusat Informasi.”
“Siap laksanakan, Jenderal!” sahut seluruh Intel
“Akan segera saya sampaikan perintah Jenderal kepada intel lidah dan intel hidung yang tidak hadir disini saat ini,” kata Neuron berinisiatif.
“Baik. Sekian rapat kali ini. Semoga semua berjalan tanpa hambatan hingga hari H imunisasi vaksin difteri. Kerahkan seluruh kemampuan untuk melindungi Ayman dari bahaya penyakit apa pun. Rapat saya bubarkan!” tutup Jenderal KPD sebelum sosoknya menghilang dari layar.
Dan semua layar lain pun satu per satu meredup.
Marsekal Imun bangkit keluar Ruang Konferensi dan bergegas menuju Divisi Kekebalan Alami.
~~~~~~~
LOKASI: MARKAS BESAR ANTI PENYAKIT - MENARA PANTAU
Di salah satu sudut tubuh Ayman
H - 2 PELAKSANAAN IMUNISASI ORI DIFTERI
Marsekal Imun seperti biasa, tetap waspada melakukan pemantauan rutin terhadap keseluruhan kondisi tubuh Ayman melalui Menara Pantau. Kali ini didampingi oleh Kolonel Whiteblood.
Selama lima hari ini, alhamdulillah kondisi tubuh Ayman normal dan stabil. Tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Laksamana Gizi telah bekerja sangat keras dan baik untuk memaksimalkan fungsi pasukan nutrisi menjaga kesehatan tubuh Ayman.
Sehingga sampai saat ini Marsekal Imun masih bisa bernapas lega.
Menurut para intel pun, cuaca beberapa hari terakhir ini sangat bersahabat dengan kondisi alergi dingin yang dimiliki Ayman.
Tiba-tiba…
TEEEEET TEEEEEET NGIUNG NGIUNG NGIUNG
Alarm tanda waspada berbunyi kencang.
Marsekal Imun melirik ke arah Kolonel Whiteblood yang segera berinisiatif mengaktifkan semua layar video komunikasi yang ada.
Menampilkan wujud seluruh intel dan Pusat Informasi.
“Ada situasi waspada apa, Pusat Informasi?” tanya Marsekal Imun.
Intel kulit menyahut,” Ayman sedang berjalan kaki menuju sekolah dengan terburu-buru. Dan tiba-tiba turun hujan.”
“Dan Ayman terlupa membawa perlindungan hujan apa pun. Sebab berangkat terburu-buru karena bangun tidur kesiangan.” sambung Pusat Informasi.
“Walah!!! Bagaimana kondisinya sejauh ini? Tanda-tanda alerginya apakah sudah tampak?” tanya Marsekal Imun.
Neuron muncul dan segera menambahkan, “Ayman juga belum sarapan. Perutnya masih kosong."
"Karena takut terlambat masuk sekolah, Ayman tidak sempat sarapan di rumah. Tapi Ayman membawa sarapannya dalam tas untuk di makan di sekolah.” papar Pusat Informasi
“Ya ampuuuun… bahaya ini. Kolonel Whiteblood segera siapkan pasukanmu. Antisipasi jika virus alergi dan flu terbangun karena kondisi ini. Redam jangan sampai mereka bebas berkeliaran dalam tubuh Ayman” perintah Marsekal Imun.
“Siap laksanakan.”jawab Kolonel Whiteblood dan segera beralu untuk mengaktifkan pasukan darah putih.
“Ayman mulai menggigil sekarang ini..” Intel Kulit melaporkan.
Tiba-tiba satu lagi layar menyala. Jenderal KPD.
“Pusat Informasi, simpan perintahku! Neuron, aktifkan sensorik dan motorik kaki menuju UKS. Lalu aktifkan mulut untuk meminta minuman penghangat tubuh kepada guru pengawas UKS. Teh manis hangat misalnya.
Setelah itu koordinasikan tangan juga untuk segera menyantap bekal sarapannya. Jangan sampai tercipta kondisi yang membuat para virus bangun” perintah darurat Jenderal KPD
“Siap laksanakan, Jenderal.” sahut Neuron dan Pusat Informasi bersamaan.
“Pasukan darah putih, dipimpin Kolonel Whiteblood sudah bergerak ke benteng pertahanan untuk mengawasi dan menahan segala pergerakan para virus, Jenderal.” Marsekal Imun melaporkan.
“Bagus sekali, Marsekal.” puji Jenderal KPD.
“ Semuanya harap tingkatkan kewaspadaan. Status siaga 1 diberlakukan selama 24 jam ke depan. Jangan sampai kejadian ini membuat tubuh Ayman menjadi tidak kondusif saat hari pelaksanaan imunisasi esok lusa!”
Dua jam kemudian.
“ Suhu tubuh Ayman mulai tidak normal. Belum terjadi demam yang signifikan. Tetapi mulai naik suhunya.” Intel Kulit melaporkan.
“ Pasukan darah putih sudah siap tempur sejak tadi. Kolonel Whiteblood, bagaimana pergerakan para virus? Terutama virus flu?” tanya Marsekal Imun.
“ Alhamdulillah belum ada pergerakan yang berarti dari para virus, Marsekal.” jawab Kolonel Whiteblood.
“Tetap waspada, Kolonel.” kata Marsekal Imun.
“Neuron, aktifkan kaki, tangan dan mulut untuk meningkatkan konsumsi air putih sesering mungkin.” perintah Jenderal KPD
“Segera laksanakan, Jenderal” sahut Neuron.
“Saya sudah aktifkan air dan mineral untuk menyerap dan meluruhkan suhu yang tidak normal ini.” Laksamana Gizi melaporkan.
“Neuron, satu jam lagi, mulailah mengaktifkan kantong kemih dan reproduksi pembuangan. Untuk mengeluarkan air dan mineral yang menyerap suhu tubuh tinggi. Jangan sampai virus terbangun lebih dulu.” Jenderal KPD kembali bersuara.
Sebelas jam kemudian.
“Alhamdulillah. Situasi terkontrol dan aman terkendali.” Pusat Informasi memberitahu
“Ya betul.. Suhu tubuh Ayman sudah stabil sejak beberapa jam terakhir.” Intel Kulit melaporkan.
“ Alhamdulillah. Terimakasih semuanya. Pertahankan kewaspadaan, status tetap siaga satu. Jangan lengah hingga hari H pelaksanaan suntik vaksin difteri.” ujar Jenderal KPD
~~~~~~~~~
LOKASI: MARKAS BESAR ANTI PENYAKIT - MENARA PANTAU
Di salah satu sudut tubuh Ayman
HARI H PELAKSANAAN IMUNISASI ORI
Pukul tujuh kosong kosong
Marsekal Imun sudah siaga di Menara Pantau sejak pagi buta. Hari ini adalah hari pelaksanaan imunisasi vaksin ORI Difteri di sekolah Ayman. Marsekal Imun sudah mempersiapkan tempat khusus di Markas Besar Anti Penyakit untuk menyambut bergabungnya Batalyon Raider Difteri dalam Divisi Pasukan Khusus Vaksin.
“Mayday.. Mayday…” tiba-tiba terdengar suara Panglima Besar Jenderal Korteks Prefrontal Dorsolateral, “seluruh jajaran.. Harap laporkan situasi terakhir. Bagaimana persiapan kita menyambut kedatangan Batalyon Raider Difteri?”
Satu layar video menyala, menampilkan sosok Jenderal KPD. Disusul dengan layar-layar yang lain.
“Kondisi tubuh Ayman insyaallah prima Jenderal. Sebelum berangkat sekolah tadi perutnya juga sudah terisi sarapan.” Neuron melaporkan.
“Ayman sudah tiba di sekolah sejak lima menit yang lalu Jenderal. Sekarang sedang duduk menanti di lobby gedung sekolah.” sahut Intel Mata.
“Berdasarkan informasi yang saya dengar, petugas medis direncanakan tiba di sekolah pukul delapan kosong kosong atau sekitar enam puluh menit lagi. Pelaksanaan imunisasi akan dilakukan di ruang UKS sekolah” Intel Telinga melanjutkan.
“Bagaimana dengan persiapan internal kita?” tanya Jenderal KPD.
Neuron segera menjelaskan, “ Insyaallah semua sudah siap. Albumin dan armada kapsul plasma sudah bersiap di pembuluh darah untuk mengangkut Batalyon Raider Difteri menuju markas besar anti penyakit.
Kondisi pembuluh darah pun relatif bersih dari endapan mengganggu, tak ada hambatan berarti.”
“ Mulut pun terus memasukkan volume air yang cukup, sehingga sampai saat ini saya bisa tetap kondisikan pasukan air dan mineral cair untuk terus membersihkan saluran pembuluh darah, Jenderal.” Laksamana Gizi menambahkan.
“Bagus sekali! Jadi kita hanya tinggal menanti.” ujar JenderaL KPD dengan nada puas.
Pukul tujuh lima lima
“Guru pengawas UKS sudah mulai membagikan nomor antrian.” lapor Intel Mata.
“Siswa akan dipanggil masuk ruangan bergiliran. Lima orang siswa akan masuk ruang UKS pada waktu yang sama. Guru pengawas UKS memberlakukan sistem tersebut agar suasana di dalam ruang UKS kondusif dan terkontrol.” Intel Telinga menambahkan.
“Ayman mendapat nomor antrian 57.” kata Int Mata.
Pukul delapan kosong lima
“Petugas medis sudah tiba dan sudah memasuki Ruang UKS.” laporan Intel Mata
Marsekal Imun dan yang lain mengawasi dengan seksama perkembangan situasi di luar sana.
Pukul delapan lima belas
“Lima orang siswa pertama sudah memasuki Ruang UKS.” kembali terdengar laporan terkini Intel Mata.
Pukul delapan dua lima
“Lima orang siswa yang pertama masuk, sudah keluar dari ruang UKS.” kata Intel Mata
“Menurut info dari teman-teman Ayman, penyuntikan dilakukan di lengan sebelah kiri.” Intel Telinga menginformasikan.
“Kapsul Plasma..!!! Segera meluncur ke arah pembuluh sektor lengan kiri. Bersiap mengangkut Batalyon Raider Difteri!! Kerahkan semua armada yang ada!!!” perintah Marsekal Imun
“Albumin... ! Selalu dampingi armada kapsul plasma. Jangan sampai tertinggal !!!” terdengar komando Laksamana Gizi.
“Dengan durasi setiap kelompok siswa berada di dalam Ruang UKS kurang lebih selama lima sampai sepuluh menit, diperkirakan Ayman akan mendapat giliran masuk sekitar pukul sembilan kosong kosong.” Pusat Informasi berkata.
Dan semua kembali menanti….
Pukul sembilan kosong lima
“Ayman sudah berjalan memasuki ruang UKS.” lapor Intel Mata, “Ayman akan menjadi orang ketiga yang disuntik dalam kelompok ini.”
“Kapsul plasma didampingi albumin sudah siap sedia di area sektor lengan kiri.” kata Neuron
“Sekarang giliran Ayman.” sambung Intel Mata.
“Jarum suntiknya sudah menembus kulit lapisan pertama…” Intel Kulit melaporkan.
“Tetesan pertama cairan vaksin sudah masuk!!! Dan segera ditampung oleh armada kapsul plasma..” Neuron berkata.
“Seluruh vaksin sudah terinjeksi masuk! Alhamdulillah semua anggota Batalyon Raider Difteri sudah ditampung oleh kapsul plasma!” sambung Neuron. “Seluruh armada kapsul plasma sudah bergerak menuju Markas Besar Anti Penyakit…!”
Marsekal Imun dengan sigap memberi komando, “Patroli depan, buka gerbang utama markas selebar mungkin..!!! Biarkan armada kapsul plasma masuk mengantarkan Batalyon Raider Difteri!!!”
“Siap laksanakan, Marsekal.” kata petugas patroli depan.
Tak lama pintu gerbang Markas Besar Anti Penyakit pun terbuka. Dalam sekejap hampir seribu armada kapsul plasma menyerbu lewat memasuki gerbang utama. Mengantarkan Batalyon Raider Difteri untuk melengkapi Divisi Pasukan Khusus Vaksin.
“Alhamdulillah…. Seluruh anggota Batalyon Raider Difteri sudah mendarat dengan selamat di Markas Besar Anti Penyakit. Dan siap bertugas bekerjasama dengan seluruh jajaran untuk menjaga kesehatan tubuh Ayman.” lapor Marsekal Imun.
Semua bertepuk tangan lega menyambut kedatangan Batalyon Raider Difteri.
“Kerja bagus kalian semua. Kerjasama yang kompak sekali.” puji Jenderal KPD, “Terimakasih banyak untuk semua jajaran. Pasukan anti penyakit kita kini semakin kuat. Tapi pengawasan tidak boleh turun, sebab wabah difteri ini belum berlalu dari Indonesia.
Kepada Batalyon Raider Difteri, saya ucapkan selamat datang. Selamat bergabung di Markas Besar Anti Penyakit di tubuh Ayman.
Mari kita selalu jaga kekompakan dan kerjasama untuk menjaga kesehatan tubuh Ayman !!! ” Jenderal KPD memberi wejangan penutup.
= END OF DIFTERI CHAPTER =
#######
Pesan moral: jagalah selalu kerukunan, kekompakan dan kerjasama dalam kebaikan dengan semua teman atau saudara.
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
Akhirnyaaaaa selesai juga dongeng abal-abal asal ketik ini.
Ide cerita kali ini? Udah jelas lah yaaa..
Dari mewabahnya penyakit difteri.
Konsep cerita ini muncul saat anak-anak saya ogah-ogahan untuk divaksin ORI..
Waktu cerita secara lisan rasanya sebentar deh, tapi saat dituangkan dalam ketikan kok ternyata panjang dan butuh waktu ya untuk menyelesaikannya.
Di tantangan kali ini, cerita inilah yang paling ‘serius’ digarap.. Saaaaaaah…
Saya sampai niat buanget browsing istilah militer, jumlah personel dalam tiap pasukan (regu, peleton, kompi, batalyon, divisi).
Mencari tahu beberapa istilah medis, hingga melakukan analisi SWOT tokoh Ayman untuk membangun cerita yang rada masuk akal gituuuu…
Dan kalau ada yang bingung membaca beberapa istilah, berikut sedikit penjelasannya:
1. Korteks Prefrontal Dorsolateral, adalah bagian otak yang memiliki peran penting dalam menentukan pengambilan keputusan. Karena itu saya asumsikan sebagai Jenderal Besar penguasa utama dalam kisah ini. (info dari mbah gugel)
2. Lobus Temporalis, adalah bagian otak yang berfungsi menyimpan memori jangka panjang. (kata mbah gugel jugak)
3. Albumin, adalah kandungan dalam plasma darah yang berperan penting dalam distribusi persebaran nutrisi ke seluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan. Kekurangan albumin dapat menyebabkan nutrisi tidak terserap sempurna. Dapat mengendap di salah satu bagian tubuh, atau bahkan terbuang bersama kotoran tubuh.
Semoga bermanfaat..
2 komentar