Jumat, 14 Juni 2019

#IBUSANTUNMENOLAKROKOK, Perubahan Kecil untuk Masa Depan

Im pretty shock actually..
In my country, and most of western countries i had visited, there are many smoker, i believe..
But i never saw adults smoke at public area..
And its impossible for kids to buy cigarrette at drugstore..

Begitulah salah satu celoteh Nora, seorang warga Jerman yang saya temui medio 2014 lalu. Saat itu saya dan Nora berkesempatan berada dalam satu kelompok untuk melakukan perjalanan wisata backpacker bersama di pelosok Gunung Kidul.

Saat itu kami sedang mengobrol ringan tentang berbagai hal, hingga topik pembicaraan beralih membahas tentang perokok aktif, yang relatif cukup bebas berkeliaran di negara ini. Hal ini tentu saja menjadi salah satu fakta yang menjadi momok bagi saya, seorang ibu dengan empat orang anak lelaki.


Seperti diketahui bersama, remaja lelaki lebih berpotensi menjadi perokok aktif dibandingkan gender perempuan. Saya, tentu saja tak ingin anak-anak lelaki di rumah menjadi perokok. Sebab dari berbagai info yang saya dapat, rokok adalah awal dan jalan pembuka untuk berbagai masalah lain.

Rokok dan narkoba
Rokok adalah pintu gerbang menuju narkoba. Penelitian terbaru yang dilakukan National Center on Addiction and Substance Abuse (CASA) menunjukkan bahwa mayoritas pecandu narkoba memulainya dari MEROKOK.

Rokok dan penyakit
Sudah menjadi wacana umum, bahwa rokok memiliki imbas negatif yang dahsyat bagi kesehatan manusia. Banyak sekali penyakit yang bersumber dari kebiasaan merokok. Karena itu, merokok menurut saya, adalah salah satu cara paling sederhana untuk menganiaya diri sendiri.

Rokok dan perokok pasif
Bukan hanya para perokok yang terkena akibat negatif dari rokok. Orang-orang di sekitar perokok aktif pun seringkali terserang penyakit karena terpapar asap rokok. Sempat viral kisah seorang bayi menderita Bronkopneumonia karena terpapar residu asap rokok yang menempel di kain baju dan rambut sang ayah (walaupun sang ayah tak pernah merokok di rumah). Atau seorang istri terserang TBC karena asap rokok yang dihasilkan suami dan anak lelakinya di rumah.

Selama puluhan tahun, pemandangan orang merokok di tempat umum adalah hal biasa di negara ini. Bahkan rokok pun diperdagangkan secara bebas di mana pun, dari minimarket hingga warung kecil terdekat di lingkungan pemukiman.

Hal ini menyebabkan efek rokok tak hanya terasa bagi kesehatan, tapi juga bagi lingkungan. Puntung-puntung sisa rokok banyak ditemui menjadi sampah di sekitar kita. Di era propaganda go green, fenomena sampah plastik yang sulit didaur ulang kerapkali menjadi topik utama. Padahal menurut Jalal, seorang aktivis pengendalian tembakau dari Lingkar Studi CSR dalam artikel berikut ini

"Jumlah sampah plastik di lautan masih kalah jauh daripada (jumlah) puntung rokok di laut."

Sebenarnya, pemerintah pun sudah bersikap pro aktif dalam upaya menekan jumlah perokok aktif di tempat umum. Seperti diungkapkan oleh Ir. Yosi Diani Tresna MPM (Kasubdit Perlindungan Anak, Dit. Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga, Kementerian PPN/Bappenas) dalam program talkshow Ruang Publik, edisi 3 tanggal 12 April 2019 yang mengangkat tema "Kawasan Tanpa Rokok untuk Wujudkan Kota Layak Anak" (dapat didengar dan ditonton disini), bahwa pemerintah pusat memiliki beberapa kriteria tingkat dan level penilaian bagi kota layak anak. Salah satunya adalah dengan melihat sejauh mana kota tersebut terpapar industri rokok. Antara lain jumlah spanduk/baliho iklan rokok di kota tersebut, seberapa bebas rokok diperjualbelikan, atau jumlah perokok aktif di ruang publik.

Menurut Yosi, "Predikat kota layak anak dapat menjadi prestis bagi kepala daerah."
Secara implisit, pemberian predikat kota layak anak ini adalah salah satu upaya pemerintah pusat untuk menekan paparan industri rokok di area publik dalam beragam bentuk, tak hanya dalam wujud perokok aktif.


Selain itu, pemerintah daerah pun banyak yang telah memulai kebijakan anti rokok dengan menjadikan banyak kawasan publik sebagai KTR (Kawasan Tanpa Rokok) melalui berbagai peraturan daerah, seperti dijabarkan oleh artikel ini. Namun pemerintah masih menemui kendala dalam kontrol dan evaluasi berbagai perda tersebut.

Tentu saja tidak mungkin jika hanya mengandalkan aparat pemerintah untuk mengontrol perilaku merokok ratusan jutaan rakyat Indonesia. Yosi juga menyebutkan bahwa aturan/pemaksaan yang dicanangkan pemerintah seringkali tidak menjadi kebutuhan bagi warga. Karena itu warga juga harus memiliki inisiatif yang berasal dari kesadaran, "Inisiatif warga harus dikawal dengan pemaksaan oleh aturan pemerintah, dengan sanksi hukum." kata Yosi.

Artinya, warga negara juga harus berperan aktif ambil bagian untuk membantu pemerintah menyukseskan berbagai peraturan anti rokok yang telah dibuat.

Ini membuat saya tersadar dan teringat pada pengalaman pribadi. Sejak berseragam biru abu, saya cukup "galak" kepada siapa pun yang merokok di sekitar saya, entah saya kenal atau tidak. Setiap kali berada di tempat umum, kendaraan umum dan menemui perokok aktif, biasanya saya akan langsung menegur dengan santun, meminta agar rokok dimatikan. Dan selama puluhan tahun melakukan hal tersebut, saya belum pernah menjumpai ada perokok aktif yang marah atau tidak terima karena ditegur. Hampir semua dari mereka langsung memadamkan rokoknya saat itu juga.

Fakta ini menyadarkan saya bahwa kaum perempuan memiliki kekuatan halus untuk meminimalisir jumlah perokok aktif di bumi pertiwi. Saya mungkin belum sanggup melakukan gerakan masif mempengaruhi banyak orang untuk menjadi satu frekwensi dengan saya, seperti yang dilakukan oleh Ibu Sumiati. Tapi dimana pun saya berada, saya bisa melakukan satu hal kecil sederhana yang mampu membantu pemerintah mengontrol kebijakan tanpa rokok di ruang publik.

Dan jika saya bisa melakukannya, maka para perempuan lain pun bisa. Apa yang dilakukan Ibu Sumiati sangat menginspirasi saya. Sehingga saya pun tergerak untuk mencoba mengajak para perempuan bergabung dalam gerakan #IBUSANTUNMENOLAKROKOK.

Gerakan ini mengajak semua ibu (dan perempuan) untuk aktif menegur dengan santun, semua perokok aktif yang merokok di tempat umum. Sebab sejatinya, saat ini hampir semua wilayah publik telah dicanangkan pemerintah sebagai Kawasan Tanpa Rokok.
Cukup dengan mengatakan, "Maaf mas/mbak.. Asap rokok Anda mengganggu saya." 
dengan lembut dan sopan, diiringi senyum termanis yang kita punya. Saya telah puluhan tahun mempraktekkan hal ini dimana pun saya bertemu dengan perokok aktif di tempat umum, dan belum pernah gagal membuat mas atau mbak perokok mematikan rokoknya saat itu juga.


Menegur perokok aktif dengan santun adalah hal sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Pelaksanaan gerakan ini tidak membutuhkan alokasi dana,dan hanya sedikit sekali menghabiskan waktu dan tenaga.

Sebagai seorang ibu, guru dan blogger, saya seringkali memiliki keterbatasan waktu untuk bergerak kesana kemari. Karena itu saya mencoba memanfaatkan internet dan media sosial untuk untuk menyebarkan gerakan #IBUSANTUNMENOLAKROKOK. Beberapa waktu yang lalu, saya memulai sosialisasi gerakan ini melalui laman media sosial, mengajak para ibu berbagi cerita tentang pengalaman mereka menegur para perokok aktif di ruang publik, silahkan lihat DISINI.

Ada beberapa respon dan kisah para teman dunia maya yang membuat saya semakin yakin bahwa gerakan ini dapat membawa perubahan berarti bagi terwujudnya ruang publik bebas asap rokok. Salah satu teman bercerita, bahwa pernah punya pengalaman saat sedang hamil meminta sesama penumpang di dalam angkutan umum untuk mematikan rokok, sebab janin dalam perutnya berhak mendapatkan oksigen bersih.

Ada pula cerita lain seorang ibu muda yang sedang menyelesaikan skripsi, akhirnya berani bersuara menegur perokok aktif yang akan menyalakan rokok di dekatnya, agar bayi dalam gendongannya tak terpapar asap rokok. Padahal sebelum menjadi ibu, beliau tak pernah berani menegur para perokok aktif yang dijumpainya di tempat umum. Dan kabar gembiranya, semua perokok aktif yang mendapat teguran santun bersikap kooperatif dan bersedia mematikan rokok.

Fakta tersebut membuktikan, bahwa dengan aksi sederhana ini, saya, anda, dan siapa pun bisa melakukan perubahan bermakna bagi diri sendiri, lingkungan dan bagi masa depan generasi mendatang. Karena dengan aksi ini, kita semua dapat meminimalisir jumlah perokok aktif di ruang publik, yang dapat memberi manfaat berarti pada:

1. Kesehatan Diri

Bukan hal langka jika kita mendengar kisah seorang perokok pasif justru menderita penyakit berat akibat asap rokok orang lain. Semua orang yang bersusah payah melakukan pola hidup sehat, makan dengan menu pilihan, rutin olahraga dan tidak pernah merokok pun berpotensi menderita kerugian besar karena menjadi perokok pasif.  Rela kah kita menderita sakit padahal seumur hidup melakukan pola hidup sehat? Saya sih tak mau.
Dengan turut melakukan aksi #IBUSANTUNMENOLAKROKOK, setidaknya kita sudah melakukan upaya maksimal untuk tidak menjadi perokok pasif.

Jadi,
Ayo katakan, "Maaf.. Asap rokok Anda mengganggu saya." dengan santun pada para perokok aktif di ruang publik.
Dan perjuangkan hak kita untuk terbebas dari paparan asap rokok di ruang publik.
Demi kesehatan diri.

2. Membantu Pemerintah Mengontrol Penerapan Aturan Kawasan Tanpa Rokok

Pemerintah maupun pihak swasta sudah cukup aktif menempelkan rambu larangan merokok di tempat-tempat umum. Namun seringkali rambu-rambu ini diabaikan begitu saja. Karena itu diperlukan inisiatif warga untuk membantu mengingatkan para perokok aktif akan keberadaan rambu-rambu tersebut.

Stiker rambu larangan merokok di halte Transjakarta

Selain untuk kepentingan diri sendiri, dengan melakukan aksi nyata berani menegur dengan santun setiap perokok aktif yang kita temui di ruang publik, maka hal tersebut akan cukup menjadi sanksi sosial bagi para perokok aktif.
Dan seringkali sanksi sosial berpeluang lebih efektif menimbulkan efek jera.

Jadi,
Ayo katakan, "Maaf.. Asap rokok Anda mengganggu saya." dengan santun pada para perokok aktif di ruang publik.
Dan berbuat sesuatu untuk membantu pemerintah mewujudkan kota dan negara layak anak yang bersih dari asap rokok.

3. Meminimalisir Jumlah Perokok Pemula

Anak-anak adalah peniru ulung, semua pakar parenting mengatakan demikian. Termasuk juga dalam mengadopsi perilaku merokok. Tak sampai sebulan yang lalu, saat saya mengunjungi kedai mie ayam langganan, seorang pengunjung berusia balita merengek pada ayahnya meminta rokok. Hal itu terjadi karena si bocah balita melihat pengunjung lain di kedai tersebut sedang merokok. Anak usia balita loh!!!!

Maka dapatkah dibayangkan hasrat penasaran yang mungkin timbul dalam benak para remaja kita yang sedang dalam masa puber dan peralihan, serta dipenuhi rasa ingin tahu akan hal baru, saat melihat perilaku orang merokok di sekitarnya. Penasaran. Ingin tahu. Ingin mencoba.

Jika para remaja ini berasal dari keluarga dengan orangtua perokok, bisa jadi orangtua akan menjadi role model yang ditiru. Namun faktanya, tak sedikit para perokok pemula ini berasal dari orangtua dan rumah yang bebas dari asap rokok. Nah untuk kasus seperti ini, kemungkinan besar para remaja ini terpapar pemandangan perilaku merokok di tempat umum.

Bukan hanya itu saja. Para perokok pemula, baik dari orangtua perokok maupun orangtua tidak merokok, umumnya memulai aktivitas mencoba rokok di luar rumah. Logikanya, seperti apa pun perilaku orangtua, bahkan yang perokok sekalipun, akan menentang dan melarang jika mendapati anaknya merokok di usia remaja awal.

Maka para remaja tanggung ini biasanya mencari tempat lain untuk mulai mencoba rokok, yaitu di area publik. Seperti warung kecil dekat sekolah, pojok nongkrong di pinggir jalan perumahan, deretan kursi 'ngopi' di selasar luar minimarket, atau taman di tengah komplek.
Bisa jadi saja, para remaja perokok pemula ini adalah salah satu perokok aktif yang perlu kita tegur dengan santun di tempat umum.

Dengan sopan dan ramah menegur para perokok aktif di ruang publik, dapat meminimalisir pandangan para remaja dan anak-anak dari paparan perilaku negatif yang dapat mereka ditiru. Sekaligus juga dapat mempersempit ruang gerak para perokok pemula untuk mencicipi rokok.

Jadi,
Ayo katakan, "Maaf.. Asap rokok Anda mengganggu saya." dengan santun pada para perokok aktif di ruang publik.
Dan selamatkan generasi muda bangsa dari paparan asap rokok.
Dari paparan contoh perilaku negatif para perokok aktif.
Juga mempersempit ruang mereka untuk mencicipi rokok.

Terimakasih telah membaca curhat emak berdaster ini. Besar harapan saya, semua pihak yang membaca tulisan ini berkenan mendukung gerakan #IBUSANTUNMENOLAKROKOK, dan melakukan perubahan kecil sarat makna bagi generasi mendatang bangsa ini.

Load disqus comments

0 komentar

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.