Minggu, 19 Mei 2019

PRJ versi 90an vs Jakarta Fair 2019

Teringat masa kecil ku..
Kau peluk dan kau manja..
Indahnya saat itu...



Baru saja mendengarkan lagu lawas milik ADA BAND tersebut dalam program radio yang memutar tembang-tembang 90-an.
Tak pelak ingatan saya jadi melayang ke masa kecil yang indah penuh warna.

Ada banyak momen dan ritual masa kecil yang terekam lekat di memori. Salah satunya adalah ritual tahunan saat Bapak dan Ibu tak pernah absen membawa saya dan adik-adik mengunjungi Pekan Raya Jakarta, Kemayoran setiap libur kenaikan kelas.

Saat kami masih usia sekolah dasar, kunjungan ke PRJ-Kemayoran ini selalu dinanti. Maklum, ritual setahun sekali, bobot esensinya seolah tak kalah dengan lebaran (tentu saja menurut kacamata anak SD era 80-90an). Pokoknya, jangan sampai deh melewatkan momen kunjungan ke PRJ setiap tahun.


Kami selalu takjub dengan ramainya kerumunan orang di Pekan Raya Jakarta. Takjub dengan beragam barang yang ditawarkan, yang pada masa itu banyaaak sekali item yang hanya dijual di PRJ. Kali pertama saya terpaku penuh kagum pada mesin bernama setrika uap terjadi di salah satu booth PRJ. Dan hati ini berdentum girang, kaki melompat-lompat saat Bapak memutuskan memboyong sebuah setrika uap untuk di bawa pulang. Berasa jadi horang kaya...

Apapun yang kami beli saat itu di PRJ, selalu bisa kami sombong kan kepada teman-teman di lingkungan rumah hahaha.. Belagu beud dah..
Ya karena saat itu, hampir semua barang yang dijual di PRJ adalah teknologi terbaru, inovasi mutakhir atau barang langka yang tak akan ditemui di tempat lain. Bahkan iklan-nya di media cetak pun tak ada. Bagaimana dengan promo iklan di televisi? Wah maaf bro,, masa itu stasiun TV masih tunggal dan dimonopoli pemerintah, tanpa ada iklan komersial.


Bagaimana dengan barang-barang belanjaan Ibunda di PRJ? Wah yang namanya emak-emak, saat libur kenaikan kelas menjelang tahun ajaran baru begitu, prioritas belanja utama pasti lah keperluan sekolah untuk anak-anak.

Berhubung kami adalah lima bersaudara dengan jarak usia berdekatan, maka setiap tahun Ibu pasti memborong buku-buku dan ATK untuk keperluan kami selama satu tahun ke depan. Bisa dibayangkan banyaknya dooong.. Setiap tahun petugas kasir pasti bertanya, "Ibu untuk jualan ya?"
Hahaha...

Walau saat itu jarak Ciledug-Kemayoran terasa jauuuuh sekali, Bapak dan Ibu selalu mengagendakan waktu untuk ke PRJ Kemayoran. Menuju ke Kemayoran pada masa itu mau tak mau harus menggunakan kendaraan pribadi. Sebab sarana transportasi umum tak senyaman kini. Jadilah kami berhimpitan di dalam mobil sedan lawas milik Bapak.


Itu kisah masa SD. Semakin hari, semakin beranjak besar, di masa abege SMP memori tentang PRJ tak lagi semanis itu. Karena kondisi jalan di Jakarta yang juga semakin macet,serta di televisi mulai marak perdagangan pemesanan barang via televisi, daya tarik PRJ bagi saya kian luntur.

Bosan mulai merambati kalbu jika Bapak Ibu mengajak ke PRJ. Di masa remaja,saya selalu menolak ikut ke PRJ. Karena saya merasa tersiksa dengan kemacetan jalan menuju Kemayoran. Di dalam area PRJ pun saya pasti kelelahan berjalan kaki berkeliling. Sayangnya, memori masa remaja inilah yang terekam lebih kuat di otak.

Sehingga, setelah kini saya beranak-pinak, tak terbersit sedikit pun keinginan untuk mengajak anak-anak menikmati keceriaan PRJ Kemayoran. Macetnya parah. Isinya gitu-gitu aja. Paling cuma keliling, lalu pulang. Hal-hal tersebut yang ada di kepala saya tentang PRJ setelah menjadi seorang ibu.

Hingga akhirnya saya membuktikan, bahwa PRJ dahulu dengan PRJ/ Jakarta Fair masa kini memiliki perbedaan kualitas dan pesona yang jauuuuuh.

Jakarta Fair 2019 tak melulu berisi barang dagangan. Ada banyak konser menampilkan band idola masa remaja saya, yang sejak dulu ingin saya hadiri konsernya namun terbentur harga tiket yang tak sesuai pagu uang jajan saya #syedih.



Dan berhubung kini saya sudah bisa berpikir layaknya seorang oportunis, maka segala promo diskon gila-gilaan yang ditawarkan di Jakarta Fair tentunya dapat saya manfaatkan untuk menimbun item-item favorit untuk dijual kembali hehehe #ketawalicik..

Belum lagi beragam wahana permainan anak yang dapat dinikmati dengan harga tiket super miring..
Kalau saya harus membawa lima orang anak saya untuk menikmati wahana-wahana tersebut di taman bermain paling top di negara ini, waaah tak terbayang berapa juta rupiah yang harus saya relakan untuk membeli tiket masuknya.

Februari yang lalu anak kedua saya, Roha resmi menapak usia tujuh belas tahun. Namun karena kesibukan dan padatnya aktivitas, belum sempat mengurus pembuatan KTP. Karena itu salah satu tujuan kami mengunjungi Jakarta Fair 2019 adalah untuk mengurus pembuatan kartu identitas bagi Roha. Kok urus KTP di Jakarta Fair?
Eeh jangan salah, bisaaa loooh.. Urus KTP, tagihan pajak dan lain-lain di anjungan Provinsi DKI Jakarta.



Dan poin terpenting bagi saya adalah, akses transportasi di Jakarta masa kini sudah sangat jauh berbeda dengan masa remaja saya dulu. Kemacetan jalan memang bertambah dan tak terhindarkan. Namun fasilitas transportasi umum di Jakarta, sangat memungkinkan kami sekeluarga menuju Kemayoran dari Meruya tanpa terkena macet.



Akses transportasi yang rencananya akan kami ambil adalah menggunakan KRL dari stasiun Rawa Buaya yang letaknya terbilang dekat dari rumah kami di kawasan Meruya. Transit dan ganti KRL di stasiun Duri, langsung menuju stasiun Kemayoran. Dari stasiun Kemayoran rencananya kami akan order taksi atau ojek online menuju lokasi Jakarta Fair.

Waaah tak sabar rasanya untuk menunggu gelaran Jakarta Fair 2019 resmi dibuka tanggal 22 Mei 2019 nanti.

#AyoKeJakartaFair #JakartaFair2019
Load disqus comments

1 komentar:

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.