Breaking News
Fetching data...

Rabu, 16 Oktober 2019

SEPIRING KELEZATAN PENCEGAH DEPRESI













Kedua kondisi tersebut dapat berimbas tidak sepele. Apabila si bayi adalah anak kesekian, dan memiliki kakak-kakak yang terlebih dulu lahir, dapat pula berakibat negatif terhadap pola asuh keluarga di rumah. Selain itu juga berpotensi menyebabkan rumah menjadi tidak ramah bagi anak.

Karena itu sudah saatnya sindrom baby blues dan PPD mendapat perhatian serius. Sebab seorang ibu adalah tiang bangsa yang mendidik dan berperan penting menyiapkan generasi penerus bangsa.

Terkait penyebab sindrom baby blues dan PPD, beberapa waktu yang lalu sempat viral tulisan salah seorang petugas medis di laman media sosial. Beliau menyebutkan, bahwa salah satu penyebab sindrom baby blues dan PPD bisa jadi adalah: makanan.

Kenapa makanan dapat menjadi penyebab?
Lapar dapat menurunkan kondisi fisik yang mengakibatkan kelelahan tubuh. Rasa lelah menumpuk dapat memicu stres dan kebingungan. Kondisi-kondisi tersebut dapat menjadi pencetus sindrom baby blues dan PPD.




Jika seorang suami beralasan sudah meminta istrinya untuk selalu makan, apakah ada yang salah? 

Salah! Tidak cukup hanya dengan memerintah dan meminta ibu pasca bersalin untuk makan dan memperhatikan asupan gizi bagi dirinya sendiri.

Sebab situasi di lapangan bisa jadi istri di rumah sendiri dengan bayi dan anak-anak yang lebih besar. Mau masak sendiri, tapi anak menangis terus. Tentu si ibu akan membuat pilihan lebih baik menyusui  dalam keadaan perut kosong dari pada menyiapkan makanan diiringi suara latar tangisan bayi menjerit-jerit.

Selain itu, seseorang yang sedang lapar seringkali kurang bisa berfikir jernih. Belum lagi harus beradaptasi dengan perubahan jam tidur, dimana malam hari mungkinn harus begadang menghadapi kerewelan bayi. 

Ditambah kondisi rahim masih kontraksi, jahitan masih nyeri pasca persalinan. Ada pula masalah lain seperti stres karena ASI tak lancar keluar, dan sebagainya. Pada kondisi seperti ini, para perempuan berhati selembut sutra pun bisa berubah menjadi monster. 


Solusi sederhana yang bisa dilakukan adalah menyediakan makanan jadi siap santap serta simpan minuman dan makanan ringan di tempat yang mudah dijangkau oleh si ibu.


Masakan rumahan sederhana untuk ibu yang sedang nifas

Kepekaan para suami dan orang-orang terdekat di sekitar ibu yang sedang nifas dalam memberikan dan menyediakan makanan, inilah yang harus diasah. Karena banyak para perempuan yang tidak langsung memberitahukan keinginan untuk makan, salah satunya karena malu.
Apalagi bagi ibu menyusui yang lebih baik menahan lapar dari pada mendengar sang buah hati menangis berkesinambungan.

Jika sudah terjadi sindrom baby blues nasehat sebagus apapun tidak akan mempan. Karena yang di butuhkan adalah solusi nyata. Jangan sampai terlambat. Sebab jika sudah mengarah pada depresi post partum atau bahkan stres psikologis maka dampak nya bisa membahayakan bayi dan nyawa si ibu.


Pengalaman beberapa teman terkait makanan pasca melahirkan.


Membaca berbagai artikel dan pengalaman teman-teman seputar sindrom baby blues dan PPD, membuat saya teringat periode hidup di tahun 2006 dan 2009. Ketika melahirkan anak ke 4 dan 5 di tanah rantau (Bandar Lampung). Yang mana kami tak punya sanak saudara satu pun disana.

Saya bertempat di Bandar Lampung dengan 3 anak tanpa asisten rumah tangga, sementara suami di sebuah perkebunan di pedalaman Jambi.

Saat melahirkan anak ke-4 pun saya harus berangkat naik angkot sendiri menuju rumah bersalin. Suami menjemput setelah hari ketiga jam 8 pagi, lalu selepas solat ashar beliau sudah dijemput lagi oleh mobil proyek karena ada kondisi darurat di tempat kerja.

Beruntung...
Saya memiliki tetangga-tetangga  yang super baiiiik.. Subhanalloh..
Selama masa nifas 40 hari, setiap pagi dan sore ada tetangga bergiliran mengirimkan rantang berisi lauk dan sayur untuk saya dan anak-anak. Sehingga saya cukup menanak nasi saja.

Setelah saya membaca berbagai info, kini baru terpikir, bisa jadi kiriman makanan dari tetangga-tetangga selama 40 hari masa nifas dan pemulihan itu yang berperan signifikan menyelamatkan saya dari baby blues atau pun PPD.

Karena itu..
Kini saya berniat meneruskan kebaikan yg dulu saya terima kepada keluarga perantau yang ada di Jakarta. Yang berdomisili tak jauh dari tempat tinggal saya, melalui proyek pribadi MakananUntukIbu.

Walhasil,
 Akhir  pekan kemarin selama beberapa hari berturut, saya mengantarkan sayur dan lauk ke rumah Mbak Iis mengendarai sepeda motor Honda Beat kesayangan.

 Mbak Iis baru seminggu lalu melahirkan anak kedua. Yang qodarullah si bayi menderita hidrosefalus. Sejak masa kehamilan, Mbak Iis sdh cukup stress karena si bayi sdh terdeteksi mengalami hidrosefalus di bulan ketujuh kehamilan. Di Jakarta, Mbak Iis tinggal di rumah kontrak petakan bersama suami dan anak pertama, tanpa asisten rumah tangga.



Mbak Iis dan keluarga, bukan ibu menyusui pertama yang  menjadi target sasaran program MakananUntukIbu. Target sasaran program ini memang para ibu dengan kriteria:
1. Sedang menjalani masa nifas pasca melahirkan.
2. Tidak memiliki asisten rumah tangga atau kerabat (selain suami) yang mendampingi selama masa nifas.
3. Diutamakan perantau yang jauh dari keluarga besar.

Saat ini, saya masih bergerak sendiri menjalankan program ini. Karena itu masih banyak kekurangan yang belum sesuai harapan. Antara lain, semula saya berharap dapat setiap hari mengantarkan lauk dan sayur kepada para ibu yang sedang nifas ini, selama 40 hari. Namun keterbatasan waktu dan tenaga, belum memungkinkan saya untuk dapat setiap hari mengunjungi para ibu ini.

Dalam melakukan distribusi makanan, saya sangat terbantu dengan adanya Honda Beat, tunggangan kesayangan. Honda Beat hadiah dari suami tercinta, yang diperoleh secara kredit melalui FIFGROUP (PT. Federal International Finance), yang merupakan anak perusahaan Astra Financial.



Bukan tanpa alasan jika sepeda motor ini menjadi andalan dan salah satu pemegang kunci utama bagi terlaksananya program ini. Sebab rumah-rumah para ibu ini umumnya berupa rumah sewa petakan yang terletak di dalam gang kecil, di area pemukiman padat penduduk. Sehingga tidak memungkinkan menggunakan moda transportasi roda empat untuk menjangkau lokasi tersebut.




Di masa mendatang, saya berharap program ini dapat didukung oleh banyak pihak, agar semakin banyak yang merasakan manfaatnya. Andai saja program MakananUntukIbu ini diadopsi oleh perusahaan besar sebagai bagian program CSR (Corporate Social Responsibility), tentu akan dapat menjangkau ruang lingkup yang lebih luas lagi. 

Bukankah sudah saatnya program CSR perusahaan besar, seperti Astra Financial Group misalnya, menyasar sisi psikologis seorang ibu yang merupakan landasan pembentuk karakter generasi muda penerus bangsa ini?




Selain itu, saya juga menyimpan mimpi, bahwa suatu saat program ini dapat mengalami pengembangan. Tak sebatas pada pemberian makan bagi ibu yang sedang nifas. Tapi juga konsultasi laktasi, pijat bayi, serta fasilitas relaksasi untuk si ibu. Seperti dengan membawa si ibu untuk memanjakan diri di spa dan salon selama beberapa jam saja. Hal sederhana itu saja dapat bermakna sangat besar bagi ibu yang sedang dalam masa pemulihan pasca persalinan.

Bagaimana pun juga,
Seorang anak adalah anugerah terbesar bagi orangtuanya. Namun demi sang anak, seorang ibu pasti banyak mengalami fase perubahan fisik dan emosi yang seringkali terasa tak nyaman sejak masa kehamilan hingga di saat nifas setelah melahirkan.

Kewajiban untuk menjaga kesehatan fisik, emosi dan mental dirinya dan jabang bayi, memang  menjadi tanggung jawab terbesar dari seorang ibu. Sungguh bukan perkara mudah. Dan untuk memenuhi tanggung jawab ini, seorang ibu mutlak membutuhkan dukungan dari semua orang di sekitarnya. Terutama orang-orang terdekat, seperti suami dan keluarga.
Ibu yang sehat dan prima secara fisik, mental dan emosi, akan dapat mendidik serta mengasuh anak-anaknya menjadi generasi penerus yang unggul. 

Karena itu, mari lebih peduli untuk saling mendukung dan membantu menjaga kesehatan fisik, mental dan emosi para ibu.
Sebab seorang ibu adalah poros utama kehidupan dalam setiap rumah. Yang pada akhirnya memegang peran sangat penting bagi kualitas generasi muda masa depan bangsa dan dunia.
Load disqus comments

1 komentar:

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.
 

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *