Senin, 02 Desember 2019

SERUNYA WISATA MESJID DI BENUA KANGGURU

Australia.
Benua asing yang relative berjarak paling dekat dengan nusantara tercinta ini memang memiliki juataan magnet yang memikat warga Indonesia untuk mengunjunginya. Hal ini  berlaku timbal balik juga sebenarnya. Karena para warga benua kangguru itu pun banyak yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu tempat berlibur favorit. 




Salah satu alasan adalah karena banyaknya perbedaan kondisi alam, budaya dan masyarakat kedua negara ini. Sesuatu yang berbeda dari keseharian kita memang selalu menarik perhatian untuk dikunjungi, bukankah begitu?

Selain itu jarak antara Australia dan Indonesia relatif cukup dekat dibandingkan jarak dan waktu tempuh untuk mengunjungi kebanyakan negara lain untuk berlibur. Bentangan alam Indonesia dan Australia hanya terpisah oleh satu samudera. Sehingga tujuan warga Indonesia untuk mengunjungi Australia tak melulu untuk berlibur.  Ada juga yang memiliki kepentingan bisnis, pekerjaan atau pun untuk alasan melanjutkan pendidikan.

Dan saya juga menjadi bagian dari sekian juta warga Indonesia yang penasaran ingin mengunjungi Australia. Memang, hingga kini saya belum pernah mendapatkan kesempatan untuk menjejakkan kaki di benua tersebut. Namun beragam kisah dan deskripsi tentang Australia tak terlalu asing saya dengar.

Di satu masa dahulu, saya pernah mendapatkan peluang untuk menetap selama beberapa tahun di negeri Aborigin tersebut, melalui program beasiswa pasa sarjana. Apa daya takdir berkata belum saatnya bagi saya untuk mencicipi atmosfer Australia. Di detik akhir, saya baru  mengetahui ternyata telah mengandung anak ketiga, yang mana fakta itu membuat saya tereliminasi sebagai calon mahasiswa pasca sarjana. Terpaksa saya mengikhlaskan sejenak  peluang tersebut.



Lalu apa sih yang sangat ingin saya lakukan apabila mendapat kesempatan untuk mengunjungi Australia?
Ada beberapa kegiatan yang sudah saya rancang dalam to do list jika saya berkesempatan melakukan perjalanan ke Australia. Salah satunya adalah melakukan..

Wisata Mesjid

Sebagai seorang muslim yang berdomisili di negara yang memang mayoritas menganut agama islam, saya memiliki ketertarikan tersendiri untuk mengetahui perjalanan sejarah dan kehidupan sehari-hari saudara seiman saya di tempat-tempat yang mayoritas bukan beragama islam.

Wisata masjid ini kerap saya lakukan bersama anak-anak jika kami mengunjungi negara lain, atau wilayah di dalam negeri yang kebanyakan masyarakatnya bukan pemeluk agama islam. Bagaimana kehidupan sehari-hari para muslim sebagai golongan minoritas di tempat domisili  mereka sangat menarik bagi saya untuk disimak.

Tak terkecuali sejarah rumah-rumah suci tempat ibadah di wilayah-wilayah minoritas tersebut. Beberpa kisah sejarah tempat ibadah yang saya dengar, membagun rumah ibadah agama minoritas di wilayah tertentu pasti memiliki nilai perjuangan yang cenderung lebih berliku.


Salah satunya di Australia.
Kebetulan, beberapa tahun setelah saya gagal dan tertunda melanjutkan studi ke Australia, salah seorang adik kandung saya justru mendapatkan kesempatan umtuk hidup di negeri kangguru tersebut hingga 7 tahun berselang. Sempat menetap di beberapa kota yang berbeda. Dan berikut ini sedikit cuplikan ceritanya tentang berbagai masjid dan persatuan warga muslim Indonesia di negeri seberang itu.


Di Melbourne persebaran umat muslim cukup banyak. Ada pendatang dari India, Indonesia serta Timur Tengah dan mayoritas Lebanon. Dan tentu saja terdapat cukup banyak masjid di Melbourne. Hanya saja seperti kebanyakan kota lain di Australia, luas kota Melbourne pun lumayan cakupannya.

Jadi kendati di area pemukiman tempat Adinda tersayang-ku berdomisili terdapat cukup banyak muslim, namun untuk menuju ke mesjid terdekat tetap saja membutuhkan jarak tempuh perjalanan sejauh lebih dari 50 kilometer.  Kebetulan di area ini terdapat komunitas muslim Indonesia yang kemudian bersepakat untuk mengumpulkan dana mandiri guna membeli bangunan untuk dijadikan mesjid.

Singkat cerita, ditemukan-lah sebuah bangunan tua bekas rumah kremasi jenazah yang sudah cukup lama terbengkalai dan dijual dengan harga cukup terjangkau. Komunitas muslim Indonesia ini kemudian swadana bersedekah untuk membeli bangunan tersebut, dan kemudian dialihkan fungsinya menjadi pusat kegiatan ibadah umat muslim setempat.


Kegiatan ibadah yang dilakukan di bangunaan ini tidak hanya meliputi sholat berjamaah lima waktu, atau ibadah sholat pada hari-hari raya saja. Lebih jauh, bangunan ini kemudian berkembang fungsinya sebagai pusat kegiatan masyarakat dan komunitas muslim.

Antara lain dengan mengadakan madrasah bagi anak-anak mereka. Juga ada kelas – kelas pengajian untuk segala usia, dari anak-anak, remaja, hingga usia dewasa. Selain itu setiap hari juga berfungsi tambahan sebagai tempat penitipan bayi dan anak.

Karena kebanyakan anggota komunitas ini adalh para orangtua muda yang dating ke Australia untuk menuntut ilmu dan berstatus mahasiswa, hingga bekerja, maka merekamencari solusi bersama bagi masalah pengasuhan anak selama para orangtua ini melakukan aktivitas mereka di kampus atau di tempat kerja. 

Para anggota komunitas ini kemudian bersepakat untuk saling bantu menjaga anak-anak mereka dengan membuat jadwal giliran jaga anak yang disesuaikan dengan jadwal kuliah atau kerja tiap personel. Sehingga mereka dapat menghemat  uang cukup banyak yang seharusnya menjadi alokasi dana membayar pengasuh anak.



Lain kandang lain belalang. Lain kota, beda pula kisahnya. Di Perth, ada komunitas muslim Indonesia yang terpaksa menyewa sebuah hall besar untuk dijadikan pusat kegiatan ibadah. Alkisah berkata, sesungguhnya komunitas ini telah membeli bangunan untuk dijadikan mesjid di awal tahun 2000-an. Namun karena kebetulan berada di wilayah penduduk yang dominan kaum redneck  garis keras, maka mesjid tersebut kemudian disegel.
  Sehingga para anggota komunitas ini kemudian berusaha mencari jalan tengah dengan menyewa hall untuk difungsikan sebagai pusat peradaban ilmu Quran dan Sunnah Rasul.

Sementara ini di beberapa kota lain, seperti Sydney, Brisbane, Adelaide dan Victoria, beberapa komunitas muslim Indonesia lain ternyata berhasil membeli bekas gereja yang sudah terbengkalai tak terpakai. Gereja-gereja ini kemudian berubah menjadi mesjid yang hingga kini digunakan sebagai pusat kegiatan ibadah kaum muslim Indonesia di kota-kota tersebut.

Menyimak beragam kisah perjuangan saudara seiman di negara tetangga sebagai kaum minoritas melalui tutur cerita adik tercinta, tentu saja membuat saya tergugah dan bermimpi untuk bisa mendatangi mesjid-mesjid sarat sejarah tersebut. Dan yang lebih menenangkan rencana kunjungan ke Australia ini, adalah antara lain karena kini ada layanan wisata halal Australia  besutan Cheria Travel, yang akan memastikan semua makanan konsumsi selama perjalanan wisata ini dijamin halal. 


Semoga impian saya untuk mengajak anak-anak berpetualang menjelajah dan bersilaturahim ke rumah-rumah Alloh di berbagai penjuru Australia dapat segera terwujud. Karena perjalanan ini tak hanya menjadi liburan hura-hura semata, tapi juga sarat edukasi dengan niat utama beribadah hablumminannas menyambung silaturahim dengan saudara seiman agar menjadi barokah dan kebahagiaan dunia akhirat.

Load disqus comments

0 komentar

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.