Senin, 16 Desember 2019

Tiga Macan Safari: Akrobat Keliling, Gigitan Harimau Hingga Taman Safari Cisarua


Yang mengaku WNI, siapa yang tak kenal nama Taman Safari Indonesia? Tak ada pastinya.
Taman Safari Indonesia baik yang berlokasi di Cisarua sebagai pionir konservasi hewan di negara ini, mau pun di lokasi lain seperti Pringen-Jawa Timur, Bali Safari, Batang Dolphin Center di Jawa Tengah, serta Jakarta Aquarium di Neo Soho adalah salah satu tujuan wisata keluarga dan edukasi yang tak pernah sepi pengunjung.

Saya pun pernah menjadi salah satu penikmatnya. Tapi adakah yang mengetahui asal muasal didirikannya Taman Safari Indonesia pertama di Cisarua?

Sabtu, 14 Desember 2019 saya berkesempatan menghadiri undangan peluncuran buku Tiga Macan Safari yang mengungkap semua kisah sejarah di balik hadirnya Taman Safari Indonesia di tengah masyarakat.

Acara peluncuran ini diadakan di Jakarta Aquarium-Neo Soho, Jakarta Barat. Buku yang ditulis oleh tak kurang dari 17 orang tim riset dan penulis ini diterbitkan oleh penerbit mayor idaman semua penulis tanah air, Gramedia Pustaka Utama. Riset dan penulisan buku ini dimulai sejak tahun 2017. Tentu saja peluncuran buku ini dihadiri oleh perwakilan dari Gramedia, tim penulis dan tentunya ketiga macan penopang Taman Safari Indonesia, yaitu kakak beradik Bapak Jansen Manansang, Bapak Frans Manansang dan Bapak Tony Sumampau.

Seremoni acara diawali dengan pembukaan tabir penutup mock up cover buku Tiga Macan Safari berukuran raksasa yang dilakukan oleh dua orang putri duyung cantik di dalam akuarium besar.



Kemudian berlanjut dengan talkshow bersama ketiga macan safari yang mengisahkan perjalanan hidup mereka sejak kecil dalam didikan keras Sang Ayah, Hadi Manansang, pendiri Taman Safari Indonesia.

Siapa yang menduga bahwa awalnya keluarga ini adalah pemain akrobat keliling yang mengamen mempertontonkan keahlian akrobatik di pinggir jalan dan berpindah-pindah tempat. Sebelum kemudian akhirnya memiliki pertunjukan sirkus terbesar di Indonesia pada masa itu.


Tony Sumampau mengatakan, bahwa "Saat itu ada kekecewaan pada orangtua. Karena teman yang lain saat pulang sekolah bisa main, bisa istirahat. Tapi kami harus latihan akrobat.. Saya setiap hari harus latihan handstand minimal 45 menit."

"Tapi ayah bilang: 'harus fokus minimal padasatu hal dalam hidup, maka kamu pasti akan sukses di hal tersebut."

Bapak Jansen Manansang menambahkan, "Awalnya Ayah kami, Hadi Manansang memiliki keinginan untuk tetap menjaga agar para karyawan sirkus tidak kehilangan pekerjaan, para hewannya juga terawat walaupun tidak ada show sirkus. Karena saat musim hujan biasanya sirkus tidak bisa melakukan show."
Namun bagaimana caranya agar keinginan tersebut dapat terwujud? Dalam bentuk seperti apa? Inilah yang terus berkecamuk di benak Hadi Manansang.

Tiga Macan Safari: Jansen Manansang, Frans Manansang dan Tony Sumampau.

Lalu suatu saat Tony tergigit harimau, sehingga harus melakukan pengobatan di Australia. Dan disana lah pertama kalinya keluarga ini melihat sebuah safari. Dan kemudian berpikir untuk membangun Taman Safari di Indonesia.

Frans Manansang melengkapi, "Semula blueprint Taman Safari ditawarkan ke Gubernur DKI saat itu, Bapak Ali Sadikin. Lalu ditawarkan ke beberapa instansi untuk mendapatkan perizinan. Hingga akhirnya mendapat lokasi di Cisarua yg saat itu masih sepi. Tidak ada rumah makan. Masih antah berantah."


Kini sudah 50 tahun berselang sejak Taman Safari Indonesia berdiri di Cisarua, Bogor. Ketiga bersaudara ini pun telah mengembangkan unit-unit lain seperti Taman Safari ll di Pringen Jawa Timur, Bali Safari and Marine Park di Gianyar-Bali, Batang Dolphin Center Jawa Tengah dan Jakarta Aquarium di Neo Soho. Setelah menjadi tujuan wisata nasional dan internasional, Taman Safari Indonesia tidak hanya fokus di bidang konservasi satwa liar, namun juga berperan sebagai sarana pendidikan dan penelitian.

Seperti diungkapkan oleh ketiga macan ini, "Kami akan konsisten di bidang konservasi pelestarian hewan. Agar anak cucu kita di masa depan tetap dapat melihat langsung dan tahu bagaimana bentuknya gajah, seperti apa jerapah itu. Jangan sampai terjadi seperti beberapa anak di negara maju yang hanya kenal dunia digital, sehingga kerbau pun dikira dinosaurus. Wujud ayam hidup pun tak pernah menemui."

Buku ini juga mengisahkan perjalanan hidup seorang Hadi Manansang yang bernama lahir Cai Ling Sian, mulai dari tempat kelahirannya di Shanghai, Cina. Kemudian bekerja di toko beras, hingga bergabung dalam show sirkus keliling dunia. Sampai terdampar di Indonesia setelah Perang Dunia pecah, kemudian menikah dengan Tuti Manansang dan berganti nama Indonesia.

Banyak sekalu inspirasi hidup yang dapat ditemui dalam buku ini. Tiga Macan Safari: Kisah Sirkus Ngamen Sebelum Permanen dapat diperoleh di berbagai toko buku di seluruh Indonesia.

Ukuran: 15x23 cm.
Tebal: 234 halaman.
Cover: Softcover.
ISBN: 978-602-06-3647-4
Harga: Rp. 120.000
Terbit: 25 November 2019
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Load disqus comments

0 komentar

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.