Kamis, 23 Januari 2020

Ting! Kisah Ketegaran, Karakter Positif dan Ketulusan



"Ayah, lihat aku.. Aku jaga kehormatanmu, Ayah. Aku tidak mencuri, aku tidak mengemis. Aku bekerja keras untuk mendapatkan makanan ini." begitu seru Ting kecil kepada langit, berharap arwah Sang Ayah menyaksikan perjuangannya.

Kalimat tersebut diucapkan Ting kecil yang berusia 7 tahun, sesaat sebelum memasukkan suapan pertama makanan sampah sisa-sisa dari piring pengunjung kantin dari kantung plastik ke mulutnya.

Ketika itu, sudah tiga hari Ting Kecil tidak makan karena terusir dari rumahnya sendiri setelah kematian ayahanda tercinta. Rasa lapar tak tertahan membuat Ting kecil nekat menawarkan jasa cuci piring ke pemilik kedai makan, agar diperbolehkan membawa pulang sisa-sisa makanan pengunjung. Sisa makanan dari banyak piring kemudian dikumpulkannya ke dalam satu kantung plastik.



Bagi saya yang banyak berkecimpung di ranah pendidikan keluarga, karakter pejuang yang tertanam pada diri Ting kecil sangat mengesankan. Bagaimana seorang anak usia 7 tahun, sudah memahami tentang kehormatan diri sendiri, dan menjaga kehormatan orangtuanya. Mampu mempertahankan kejujuran walau dalam kondisi terdesak.

Peran ayahanda semasa hidupnya pasti sangat kuat tertancap dalam ingatan Ting, walau hanya sempat bersama selama 7 tahun. Rasa kagum tak pelak menyelinap dalam benak saya, entah bagaimana cara orangtua Ting membentuk karakter kedua anaknya di masa itu.



"Kita tidak bisa memilih untuk dapat terlahir dari orangtua yang seperti apa. Tidak semua orang beruntung memiliki ortu yang baik, yang penuh kasih sayang.

Tapi itu bukan menjadi alasan bagi kita untuk menjadi sosok yang tidak baik. Bukan alasan untuk mendendam. .
Jadikan itu pemicu untuk kita menjadi orangtua yang lebih baik bagi generasi mendatang. Karena tidak semua orang juga punya kesempatan untuk menjadi orangtua dan memiliki anak." ujar Tommy Wong

Novel Ting! adalah kisah perjalanan hidup ala sinetron stasiun tivi ikan terbang yang ternyata ada di dunia nyata. Dalam sesi peluncuran novel yang berlokasi di Gramedia Central Park ini, Tommy menceritakan kisah hidupnya yang dituangkan dalam novel ini.
.
Terlahir dari keluarga kaya raya, hidup Tommy atau Ting (panggilan kecilnya) berbalik ketika pada usia 7 tahun sang Ayah meninggal dan harta peninggalannya diperebutkan oleh para paman.

Hingga nyawa nya terancam. Hingga sang Ibu menjadi gila karena hidup selalu dalam siksaan fisik dan ancaman pembunuhan. Hingga terpaksa menggelandang, hidup di terminal bus bersama para anak jalanan, putus sekolah, juga pernah makan dari makanan sisa di piring-piring pengunjung kantin.

Semua tak menghalangi Tommy untuk bekerja keras secara jujur terhormat dan meraih sukses di dalam dan luar negeri.

Novel ini mengajarkan perjuangan tanpa putus asa di titik terendah sekali pun.
Wajib dibaca para orangtua, para remaja, dan siapa saja yang sedang merasa terpuruk.



Ohya peluncuran novel ini juga dihadiri oleh Bapak Hasan Karman (mantan Walikota Singkawang), Ibu Dewi Motik (pengusaha) dan James Gwee (motivator).

Serius, baru kali ini momen peluncuran buku mampu membuat saya brebes mili berkali-kali mengusap air mata karena haru.

Novel ini bisa didapatkan di Toko Buku Gramedia terdekat dengan harga Rp 78.000 saja loooh...
#PeluncuranTING
@elexmedia
@blomilofficial
Load disqus comments

0 komentar

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.